Meja Fakta – Utusan Khusus Presiden untuk Konferensi Perubahan Iklim COP29 UNFCCC, Hashim Djojohadikusumo, menegaskan komitmen Indonesia dalam upaya pengendalian perubahan iklim yang sesuai dengan kesepakatan Paris Agreement. Pernyataan tersebut disampaikan saat Hashim membuka Paviliun Indonesia di COP29 UNFCCC yang digelar di Baku, Azerbaijan, pada Senin, 11 November 2024.
Dalam sambutannya, Hashim Djojohadikusumo menjelaskan bahwa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto memiliki komitmen kuat untuk melanjutkan kebijakan pengendalian perubahan iklim yang telah disepakati oleh pemerintah sebelumnya. Salah satu langkah konkret yang telah disiapkan adalah berbagai program untuk memperkuat aksi mitigasi perubahan iklim, seperti pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT), penerapan teknologi Carbon Capture and Storage (CCS), serta rehabilitasi 12,7 juta hektare hutan guna mendukung ketahanan pangan.
“Pak Prabowo berkomitmen untuk melanjutkan kesepakatan yang telah dibuat oleh pemerintah sebelumnya,” ungkap Hashim dalam keterangan yang diterima di Jakarta.
Sebagai bagian dari komitmen Indonesia, Hashim menyampaikan beberapa program baru yang akan digelar di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo. Salah satu program utamanya adalah pengembangan energi sebesar 100 Gigaton (GT), dengan 75 GT di antaranya berasal dari energi terbarukan (EBT). Berbagai sumber EBT yang akan dikembangkan termasuk pembangkit listrik tenaga bayu (angin), tenaga air, panas bumi, tenaga surya, serta tenaga nuklir.
Selain itu, Hashim juga mengungkapkan potensi besar Indonesia dalam penggunaan teknologi CCS untuk penyimpanan karbon di perut bumi. Teknologi ini memiliki potensi hingga 500 GT karbon yang dapat dimanfaatkan untuk mengurangi jejak karbon Indonesia. Dalam hal ini, Indonesia juga memiliki cadangan karbon kredit sebesar 577 juta ton yang akan ditawarkan kepada negara-negara atau pihak-pihak yang berminat mendukung pembiayaan untuk pengendalian perubahan iklim di Indonesia.
Selanjutnya, Hashim menambahkan bahwa Presiden Prabowo telah menyetujui rehabilitasi besar-besaran terhadap hutan-hutan yang terdegradasi di Indonesia. Program ini tidak hanya bertujuan untuk memperbaiki ekosistem hutan, tetapi juga memperhatikan keanekaragaman hayati. “Rehabilitasi hutan ini tidak dilakukan dengan monokultur, melainkan dengan berbagai spesies tanaman, termasuk yang dapat dijadikan pakan bagi satwa liar,” tambahnya.
Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni, juga turut mengingatkan pentingnya kolaborasi semua pihak, termasuk sektor swasta, untuk bersama-sama mengelola hutan dengan cara yang lestari. Ia menyatakan bahwa hutan merupakan sumber kesejahteraan bagi masyarakat dan perlu dijaga serta dilindungi dengan baik.
Paviliun Indonesia di COP29 UNFCCC memiliki tiga tujuan utama. Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Fasiol Nurofiq, menjelaskan bahwa paviliun tersebut bertujuan untuk menyuarakan aksi iklim Indonesia kepada dunia sebagai bagian dari soft diplomacy. Selain itu, paviliun ini juga menunjukkan upaya Indonesia dalam mengendalikan perubahan iklim melalui kolaborasi antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (NGO), sektor swasta, dan masyarakat.
Paviliun Indonesia juga berfungsi sebagai platform untuk mengeksplorasi ide-ide baru dan membangun kemitraan untuk memperkuat ketahanan iklim Indonesia. Tema yang diangkat dalam paviliun ini adalah “Sustainably Stronger Together” dan diselenggarakan di Baku, Azerbaijan, dari 11 hingga 21 November 2024. Selama penyelenggaraan paviliun, akan ada 46 sesi diskusi panel dengan 220 pembicara, terdiri dari 149 pembicara asal Indonesia dan 71 pembicara internasional.
Dengan langkah-langkah konkret yang sudah disiapkan, Indonesia menunjukkan komitmennya dalam mengurangi dampak perubahan iklim melalui aksi nyata, kerja sama internasional, dan pemanfaatan teknologi untuk mencapai tujuan kesepakatan iklim global.